MTs Negeri 34 Jakarta: 02/20/14

Kamis, 20 Februari 2014

DIALOG ANTAR ALIRAN PENDIDIKAN

 

Berbagai pemikiran yang di tampilkan oleh masing-masing aliran filsafat pendidikan bergulir bangunan epistemologi masing-masing. Progresivisme umpamanya memeiliki keyakinan ontologis bahwa manusia adalah makhluk yang memeiliki kemampuan yang memadai secara potensial untuk menghadapi dan mengatasi berbagai problem kehidupannya menuju suatu perkembangan yang lebih baik dan lebih sempurna yang mengarah pada yang progres.

Pendidikan dalam hal ini di pandang sebagai suatu motor bagi penumbuh kembangan kemampuan dasar subjek-subjek didik ini agar fungsional dalam menghadapi dan memecahkan berbagai kesulitan hidup. Dengan demikian, mereka akan memiliki kemandirian dalam pengambilan sikap berdasarkan cara-cara logis dan dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah. Berbagai ragam ilmu pengetahuan dan teknologi adalah bukti nyata bagi fungsionalitas kemampuan manusia dalam memecahkan problem-problem kehidupannya,
dan sekaligus akan menjadi modal bagi pengembangan kearah ,pengetahuan dan teknologi baru yang adalah juga akan menjadikan langkah kemajuan-kemajuan selanjutnya tanpa henti.
1.ALIRAN PROGESIVISME

Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter

PENDIDIKAN DALAM KONTEKS PROGRESIVISME

Memberikan pengalaman empiris kepada subjek-subjek didik agar ia memiliki kemampuan ilmiah dalam memecahkan berbagai problem kehidupan agar ia siap menghadapi berbagai perubahan dalam suatu kehidupan dimasyarakatnya.
Progresivisme memandang ilmu pengetahuan sebatas pengembangan dan pemahaman pengetahuan dengan mengatakan bahwa suatu pengetahuan yang berangkat dari fakta-fakta yang terverifikasi dan terukur secara ketat.
Pahaman yang di maknai dalam konteks studi ilmiah terhadap masyarakat tentu masyarakat di sini mesti pula di pandang sebagai suatu realitas yang terpisah dari subjek penelitian dan berjalan seper layaknya alam.

Suatu keilmuan lahir selalu berkenaan dengan problem yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupannya. Pengembangan keilmuan sangat tergantung pada cara pandang seseorang atau sekelompok orang dalam memandang realitas.

2. ALIRAN ESENSIALISME

Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Karena memendang bahwa entitas manusia sangat ditentukan oleh ragam struktur kebudayaan yang membentuknya , maka diperlukan pendidikan yang bersendikan atas azas-azas yang tetap yang akan mendatangkan kestabilan. Azas-azas yang tetap ini hendaknya azas yang benar-benar telah terujui waktu.

Contoh dari aliran esensialisme

Bila orang berhadapan dengan benda-benda, bukan berarti semua itu sudah mempunyai bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang , dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atau pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi pada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah pada budi. Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai substansi spiritual yang membina dan menciptakan diri sendiri.

3. ALIRAN REKONSTRUKSIONISME

Aliran rekonstruksionisme percaya, bahwa pengembangan watak manusia mesti selalu berinteraksi dengan kondisi-kondisi yang mengelilinginya. Suatu kebudayaan lahir berdasarkan pada pola adaptasi yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan lingkungan masyarakatnya.

Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.

Mengingat manusia adalah bagian terpenting dalam sebuah masyarakat, maka apa pun yang ia lakukan selalu berkenaan dengan pembentukan kebudayaan. Pembentukan kebudayaan ini sangat tergantung pada aspek kebebasan yang memang merupakan hak esensial manusia. Demokrasi mestilah menjadi asas penting dalam kehidupan social dalam skala apa pun.

Aliran Rekonstruksionisme memiliki presepsi sebagai berikut:

bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu.
Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.

Sumber :
http://mtsn34.org/Artikel-Lepas/